Rabu, 24 April 2013

KegaLau4n moMmy reMpoN9

Apa sich sebenarnya makna 'galau'? Dari kompasiana saya mendapatkan makna bahwa 'galau' berarti kurang nyaman, sedih, gelisah, menyesal, bingung, dan sebagainya.

Beberapa waktu lalu, denger dari ustadz, bahwa galau berarti bangun, atau mulai tersadar dari sesuatu, dan dikatakan bahwa itu positif krn kita baru mulai menyadari sesuatu.

Well..5 kata itulah yg sdg sy alami. G.A.L.A.U

Saya galau krn permintaan Ayahnya Ghazi yg sejak saya hamil besar, kelihatannya memang mau tak mau harus saya penuhi, yaitu RESIGN *hix...hix.... :((

Kalau boleh menengok ke belakang sejenak, sejak saya masih kul S1 di UI, cita2 saya memang menjadi ibu rumah tangga, sebaliknya sebelum menikah, justru Ayahnya Ghazi-lah satu2nya kandidat yg senang jika memiliki istri bekerja. Namun stlah istikharah, saya mantap memilih Ayahnya Ghazi menjadi imam saya.

Dan dunia pun terbalik! Sejak beralih profesi  -dikarenakan saya yg sejak menikah masih meneruskan kerja kantoran dan tidak kunjung hamil - saya malah mencintai sangat pekerjaan saya menjadi guru! I love teaching! Krn selain ilmu saya bermanfaat bagi murid2 saya, saya juga bisa 'berdakwah', memasukkan nilai2 islam..nilai2 positif..menjadi motivator..intinya 'cuci otak' pelan tapi pasti! hehehehehe....

Sebaliknya Ayahnya Ghazi ketika tahu saya hamil, tidak pernah henti2nya 'cuci otak' saya bahwa Ibu Rumah Tangga itu adalah jalan ke surga, tempat wanita meraup pahala sebanyak2nya. Krn di akhirat-lah rumah abadi kita.

Hhhmm..to be honest.. saya dan ayahnya Ghazi saling beruntung mendapatkan satu sama lain. Ayahnya Ghazi family man banget (quantity and quality time untuk keluarga nomor wahid), bertanggung jawab, tegas, tidak plin plan, tidak memble, visioner, tahu apa yg musti diraihnya dalam hidup. Dan saya pun dalam urusan domestik, alhamdulillah, piawai menata rumah, mahir masak, jago bersih2, kreatif bermain bersama anak..ya tipe ibu rumah tangga ideal-lah.. (*narsis dot com ;p)

TAPI, ya tapi-nya itulah...
saya punya EGO yg saya rasakan memang lambat laun menjalar dalam diri saya. Dan saya akui, itulah EGO setiap wanita bekerja, bahwa dia menjadi 'sesuatu' dengan bekerja.

Bukan masalah uang. Toh saya aja yg gajinya 1/5 gaji suami saya aja, masih kekeuh mo kerja, apalagi yg gajinya setara bahkan melebihi suaminya.

Dan ternyata jiwa saya memang kerdil, krn diselimuti EGO. Walaupun keputusan RESIGN yg harus saya buat masih ada sekitar 1 tahun lebih di depan mata saya, tapi saya dah galau-harap-harap-cemas dari sekarang.

Saya memang bisa buka privat di rumah or sejenisnya. Tapi lagi2 EGO saya bilang, bahwa lebih eksis dan cheerful, ketika saya bisa kumpul dengan teman2 guru yg cethar membahana, hehe...

Dan pasti ada yg terasa hilang...
Saya tdk akan bertemu Lesson Plan, rekan kerja u/berdiskusi, anak2 yg antusias bertanya, anak2 yg butuh ekstra kesabaran untuk dididik, anak2 yg brilliant dan mencengangkan, janitor yg helpful, update dunia pendidikan, dan pelajaran hidup lainnya yg tak ternilai.

Saya sebenarnya berharap masih ada keajaiban atas keputusan suami, krn saya sudah rela menerjunbebaskan status saya dari guru full time, semi full time, part time, hingga saat ini yg HANYA seminggu sekali (tapi plus mengajar di 2 tempat lain ;p)

Namun saya tahu bahwa Ayahnya Ghazi seteguh batu karang di lautan. Yg sangat kukuh pada pendirian, bahwa konsekuensi menjadi orangtua adalah menjalankan PERAN sesuai FITRAH.

Dan yang bisa saya ucapkan adalah bismillaah...berusaha ridho dan ikhlas memenuhi permintaan suami.


April 2013
*Bunda Ghazi yg sedang menghitung hari*

2 komentar:

  1. udah kewajiban istri juga ya mba untuk ikut kata suami, mudah2an galaunya cepet ilang :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi mbak devi...
      iya btuL..bgmanapun hrs taat. Dan trnyata u/ TAAT itu byk ujiannya..hix..hix..

      Hapus